MengejarEmbun ke Eropa adalah film biografi Indonesia tahun 2016 yang mengangkat kisah perjuangan seorang tokoh pendidikan di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara. Tokoh tersebut bernama Prof. Dr. Ir. Puro, M.S yang berjuang meningkatkan performa kampus Universitas Delapan Penjuru Angin Kendari. Profesor tersebut mantan Kepala Jurusan Sosial Ekonomi yang dicopot jabatannya karena terus menerus FilmMengejar Embun ke Eropa garapan sutradara Haryo Sentanu Murti ini mencoba untuk memberikan sesuatu yang berbeda melalui pendekatan budaya di bidang pendidikan di lingkungan kampus. Mengambil lokasi di Kendari dan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, film ini menyajikan sebuah cerita yang kental dengan budaya daerah tersebut. DREAMERSRADIOCOM - Kepopuleran klub sepakbola Eropa memang tidak perlu diragukan lagi. Selain memang berada di hawa yang kental dengan sepakbola, kualitas para pemain yang tergabung dalam klub-klub besar di Eropa pun juga menjadi alasan kenapa Eropa menjadi kiblat sepakbola dunia saat ini. Sampaidi bioskop ia mengajakku untuk nonton film yang menuai kontroversi karena menjadikan Maria binti Miyabi sebagai pemeran utamanya. Golongann Islam radikal sekelas FPI bagai kebakaran jenggot, dan berupaya agar film itu tidak ditayangkan. hingga dampak Islamofobia di Eropa semakin menjadi-jadi. Seharusnya sasaran mereka bukan Indonesia Kalau kalian sedang jalan dan tak sengaja lewat bioskop dan menemukan film MENGEJAR EMBUN DI EROPA, kalian pasti penasaran dengan sinopsis film terbaru Rizky Hanggono ini. Bintang JOMBLO ini berperan menjadi sosok dosen killer bernama Profesor Doktor Insinyur Puro dari Universitas Delapan Penjuru Angin. DnrEPJ. Movie DetailsOriginal LanguageIndonesianProduction CompaniesPuskat Pictures, Universitas Halu Oleo, Asosiasi Tradisi Lisan Film yang memberikan simbol semangat untuk membangun Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi dengan memperbaiki moral masyarakat memang sudah jarang kita temui. Film Mengejar Embun ke Eropa garapan sutradara Haryo Sentanu Murti ini mencoba untuk memberikan sesuatu yang berbeda melalui pendekatan budaya di bidang pendidikan di lingkungan kampus. Mengambil lokasi di Kendari dan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, film ini menyajikan sebuah cerita yang kental dengan budaya daerah tersebut. Bermula dari seorang anak bernama Puro Rizky Hanggono bersama anak-anak lainnya yang tinggal di Pulau Muna mengawali harinya dengan berlarian di antara tanaman singkong untuk “mandi” dengan mendapatkan embun pagi dari dedaunan. Kegiatan itu terus dilakukan hingga Puro dan anak-anak lainnya dewasa. Puro pada suatu ketika menghadiri acara adat bertemu dengan seorang gadis bernama Ani Putri Ayudya. Benih-benih cinta muncul yang akhirnya membawa mereka menjadi sebuah keluarga bahagia dengan dikaruniai 3 orang anak. Puro berkerja di Universitas Delapan Penjuru Angin UDPA di Kendari dimana ia melihat adanya kesalahan dalam sistem pada kampusnya. Semangat Puro untuk memperbaiki kelemahan sitem tersebut tidak pernah surut walaupun harus menghadapi cobaan-cobaan berat. Bahkan dengan semangatnya ia bisa menimba ilmu ke Eropa yang kelak ia terapkan di tanah kelahirannya. Cerita film ini berjalan dengan amat cepat dan cenderung datar. Setiap momen yang disajikan berganti dengan cepat sehingga berkesan memaksa untuk penceritaannya. Ketika Puro dicopot jabatannya sebagai Kepala Jurusan Sosial Ekonomi dengan cepat waktu berganti menggambarkan bahwa ia sudah di Eropa tanpa ada latar belakang yang jelas bagaimana prosesnya ia bisa sampai disana serta bagaimana secara mental ia menghadapi cobaan tersebut. Setiap momen dalam filmnya terlihat memaksa untuk menggambarkan sosok Puro yang selalu semangat dan pantang menyerah serta nyaris tak ada momen yang menunjukan sebaliknya. Semuanya dibangun seolah untuk memberikan motivasi kepada penonton bahwa jangan pernah menyerah dan patah semangat dengan cobaan yang kita alami. Sedikit kegalauan batin pada tokoh ini sebenarnya bisa memberikan warna serta sentuhan cerita yang lebih manusiawi. Dari sisi visual, film ini juga kurang mengeskplor segala potensi keindahan wilayah Kendari dan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Demikian pula beberapa lokasi di Eropa seperti Roma, Pompei, Vatikan, Leiden disajikan kurang menarik. Pengambilan gambar yang tanggung dan pergerakan kamera yang kasar membuat komposisi gambarnya kurang enak untuk dinikmati. Walaupun dalam beberapa adegan sajian beberapa tarian dan musik tradisional lokal mampu memberikan nilai tambah. Hampir keseluruhan ilustrasi musik pun menggunakan sentuhan alunan musik lokal. Acara adat dengan tarian tradisional juga disisipi dalam beberapa momen walau secara visual disajikan kurang menarik. Mengejar Embun ke Eropa memiliki pesan-pesan yang secara gamblang diucapkan Puro pada setiap momen yang ia lewati. Pesan-pesan tersebut mengajarkan kita untuk tidak pantang menyerah, selalu semangat, serta bertanggung jawab dengan cara kita masing-masing untuk memperbaiki moral bangsa ini. “Ketika kita menanam pohon, lalu ada orang lain yang mencabutnya, kita tanam lagi pohon yang baru! Jika masih ada yang mencabut pohon tersebut, kita tanam lagi 2 pohon yang baru! Cabut 2 pohon tersebut, kita tanam 100 pohon baru, bahkan kita tanam 1000 pohon baru! Jangan pernah menyerah!”, ucap Puro dengan lantang. Setidaknya film ini dapat menjadi motivasi bagi film-film produksi kita lainnya untuk memasukan unsur budaya lokal untuk membangun negeri ini. Pesan sekuat apapun semestinya bisa tersaji dengan baik secara cerita maupun visual, sisi ini yang sepertinya masih menjadi kelemahan film-film kita. WATCH TRAILER Summary Muna Island children start their lives by taking a dew bath before going to school. Watch Mengejar Embun ke Eropa Online No streaming options found. Sinopsis Mengejar Embun ke Eropa 2016 Sinopsis Indonesia Trailer Lengkap Dengan Daftar Pemain loading... Sebelum tayang, film Mengejar Embun ke Eropa merilis trailer. Film yang dibintangi Rizky Hanggono dan Putri Ayudya ini menceritakan perjuangan Prof. Dr. Ir. Puro yang berjuang untuk meningkatkan performa kampus Universitas Delapan Penjuru Angin UDPA Kendari. Prof. Puro, adalah mantan Kepala Jurusan Sosial Ekonomi yang dicopot jabatannya karena terus menerus melawan anarkisme di dalam kampus, konflik berbau SARA, kebersihan lingkungan, dan pihak eksternal kampus yang memaksa meminta proyek. Pada intinya, Prof. Dr. Ir. Puro, berusaha memperbaiki perfoma kampus sebagai center pendidikan karena selama ini kampus dikuasai oleh mentalitas preman. Film ini mengambil lokasi di Kendari dan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, serta beberapa kota di Italia dan Belanda. Dan pulau Muna menjadi awal cerita dalam film ini. Anak-anak Pulau Muna yang tinggal di daerah krisis air, mengawali kehidupannya dengan mandi embun sebelum pergi ke sekolah. Puro adalah salah satu anak laki-laki Muna yang masa kecilnya hanya bisa mandi kalau ada air embun. Demikian juga Ani anak perempuan Muna yang juga mengalami mandi embun. Mereka berlarian di antara tanaman singkong untuk mendapatkan embun pagi. Mereka adalah anak-anak para peladang yang hidupnya sederhana. Saat dewasa, dalam suatu acara tarian adat perayaan syukuran mereka bertemu. Cinta mereka akhirnya berpadu dalam sebuah pernikahan. Sebuah keluarga yang harmonis penuh kemesraan. Nasib mengantarkan Puro menuju Eropa. Di Roma, Vatikan, Padua, Napoly, Pompeii, dan Leiden, selain menemukan kekayaan budaya yang indah, juga bertemu Roberta gadis Belanda yang cantik. Namun tetap menjaga kesetiaan pada Dra. Ani istrinya yang tinggal di Kendari. Sepulang dari Eropa, Ir Puro, bekerja di Universitas Delapan Penjuru Angin UDPA Kendari. Namun, usaha memperbaiki etos kerja para dosen dan memberantas manipulasi nilai berujung pada pencopotan jabatan Kepala Jurusan Sosial Ekonomi. Walau begitu, loyalitas dan dedikasi kepada UDPA dan atasan tidak pernah surut. Tanggungjawab Prof. Puro, menjadi semakin berat ketika jabatan rektor dipikulnya. Kampus ini sempat menonjol sebagai kampus tukang demo. Perlawanan terhadap premanisme di kampus akhirnya dilakukan dengan melibatkan seluruh potensi kampus serta membangun jaringan dengan pihak luar. Film Mengejar Embun ke Eropa akan tayang 15 Desember 2016. Like Fanspage Movie rating 88 out of 100 with 69 ratings

nonton film mengejar embun ke eropa